RSS

Nina bobo



By: Drez semuth loofy andreanif
Scene 1
Di ruang keluarga, seorang ibu nampak bercengkrama dengan putrinya.
Nila
“ Nina sayang, kamu mau ibu ajarkan sebuah lagu?”
Nina
“ lagu apa bu?”
(Nila mulai menyanyikan lagu)
Ku buka album biru, penuh debu dan usang
Penuh kupandangi semua gambaar diri
Kecil bersih belum ternoda......
(diiringi lagu bunda, Melly goeslow)
Scene 2
Di ruang keluarga boneka-boneka berserakan dilantai, Ninal nampak bermain sendiri. Lalu muncullah wanita paruh baya dengan dandanan ala wanita karir disusul laki-laki yang berjas.
Andi
“ apa yang kau lakukan? Kau ini seorang istri, apa pantas seorang istri jam segini baru pulang?”
Nila
“ lalu apa yang harus aku lakukan mas? Apa karna aku ini seorang wanita, jadi aku hanya layak di dapur? Aku bosan mas!aku juga ingin punya kehidupan, ingin punya penghasilan layaknya wanita masa kini”
Andi
“ Apa?penghasilan kau bilang? Apa ga cukup uang yang kuberikan padamu?”
Nila
“ Ini bukan masalah uang mas, tapi kesetaraan gender! Wanita sekarang sudah sederajat dengan pria”
Andi
“itu lagi yang kau katakan!itu! itu! Dan selalu alasan klasik itu yang kau katakan!”
Nila
“ ini adalah keadilan Tuhan mas, apakah seorang wanita hanya dilahirkan hanya inyuk ditindas dan laki-laki berhak untuk menindas? Jika itu adalah sebuah takdir, maka alangkah kejamnya takdir ini?”
Andi
“ keadilan Tuhan kamu bilang? Seorang wanita bekerja keras kamu bilang adil? Seorang wanita mengayuh becak kamu bilang adil. Seorang wanita diciptakan hanya untuk menjadi seorang ratu, bukan pembantu! Itulah keadilan Tuhan!”
Nila
“ hah! Sudahlah mas, aku capek! Aku bosan bertengkar denganmu!” (pergi meninggalkan panggiung)
Andi
“ Nila tunggu! Kalau suami sedanmg bicara itu dengarkan!” (teriak) “ Nila hey! Mana tanggung jawabmu sebagai seorang ibu?” (menatap Nina yang sedang menatapnya)

“ Nina sayang.... kamu kok belum tidur”
Nina
( diam )
Lampu mati, pemain keluar panggung...
Scene 3
Di ruang yang sama, Nina nampak berbicara sendiri. Kemudian Nila datang menyuruh Nina sarapan
Nila
“ sayang, sarapan yuk!!!”
Nina tak merespon, tapi malah bicara sendiri
Nila
“sayang kamu ngomong sama siapa sih?” (kaget)
Nina
“ sama awan putih bu.....” (jawabnya polos)
Nila
“awan putih? Siapa dia?”
Nina
“ibu ga liat? Ini awan putih”(menunjuk sesuatu yang kosong)
Nila
(tersenyum getir)
“mas Andi.....”(teriak)
Andi
(masuk)“ada apa? Pagi-pagi mau ngajakin ribut!”
Nila
“liat Nina mas dia bicara sendiri, dia bilang awan putih apalah, aku ga ngerti”
Andi
“ini akibat dari keegoisanmu! Kamu ga punya waktu untuk Nina!kamu sibuk dengan urusanmu sendiri!”(marah)
Nina
“jadi kamu nyalahin aku mas? Lalu gimana demngan kamu? Apa kamu peduli dengan Nina? Peduli dengan aku? Dari dulu yang kamu cintai hanya pekerjaan mas?” (menangis) “bagimu pekerjaan adalah yang nomor satu,nomor dua dan tiga pun masih pekerjaan, kamju ga pernah ada waktu untukku. Aku kesepian! Aku bosan!”
Andi
“cukup”(teriak) “kamu pikir aku melakukan itu untuk siapa? Untuk kebahagiaanmu?untuk kebahagiaan Nina!”
Nila
“tapi apa aku bahagia? Pernahkah kau melihat guratan kebahagiaan di wajahku? Dan sekarang anak kita seperti ini!”(teriak) ”apa menurutmu ini kebahagiaan?” (menangis)
Andi
“ah sudahlah, aku sibuk!nanti sore kita bawa Nina ke psikiater?”
Nila
“ psikiater? Jadi menurutmu anak kita gila?” (menangis)
Andi
“aku sudah terlambat! Kita bicarakan ini setelah aku pulang kantor!” (meninggalkan panggung)
Nila
“ mas!!! Ga semudah itu mas!mas kita harus bicara!” (mengejar Andi)

Nina
“ kamu liat sendiri kan awan putih, ayah dan ibuku tiap hari ribut.... aku jadi sedih”
“andai saja aku bisa pergi jauh..... jauh sekali......” (berdiri)
“gerbang dengan kedua sayap yang indah” (mengepakan tangan) “ apakah itu mungkin?”

“kamu mau kemana?”
“Awan putih jangn pergi...... jangan tinggalkan aku, aku mau ikut denganmu”
“awan putih” (tersungkur) ” jangan tinggalkan aku”(pinsan)

Masuklah Andi dan Nila yang masih ribut
Andi+ Nila
“Nina”( teriak ketika melihat anaknya pinsan)
Nila
“ Nina sayang.... kamu kenapa nak?”
Andi
(mendorong Nila) “ jangan sentuh Nina, sampai kapanpun aku takan membiarkanmu menyentuhny! Aku akan membawanya keluar negri! Dan sampai kapanpun aku takan memaafkanmun jika terjadi apa-apa dengan Nina!”(pergi membawa Nina keluar panggung)
Nila
“mas tunggu! Jangan pisahkan aku dengan anakku! Aku tak bisa hidup tanpanya mas....” (menangis tersungkur)
Scene 4
Seorang dokter muda  dan suster berjalan menyusuri lorong rumah sakit

Nina bobo oh Nina bobo kalo tida bobo digigit nyamuk
( tyerdengar suara nyanyian, dokter muda itu melihat kearah ibu yang duduk memeluk bantal)
Nina bobo oh nona bobo kalo tidak bobo digigit nyamuk
Dokter
“siapa dia sus?”
Suster
“oh, itu bu Nila. Kasian dia, hidupnya hancur setelah suaminya membawa putrinya pergi keluar negri. Kami menemukannya dalam keadaan terluka parah dijalan, sepertinya dia berusaha bunuh diri”
Dokter
“gimana kondisinya sekarang sus?”
Suster
“luka di fisiknya bisa disembuhkan, tapi tidak dengan luka hatinya”
Dokter
(mendekati Nila) “ bisa tinggalkan kami sus?”
Suster keluar panggung
Dokter
“ibu....” (menangis)” ibu masih ingat Nina?”
(Nila tetap memeluk bantal, sambil menyanyikan lagu Nina bobo dengan pandangan kosong)
“ibu... ini Nina bu...., ini Nina..... anak ibu, anak yang ibu rindukan!”

(dokter memeluk Nila, sambil bernyanyi)
Kubuka alabum biru, penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

“POLEMIK KENAIKAN HARGA BBM” DALAM TINJAUAN MAHASISWA SEBAGAI AGEN OF CONTROL SOSIAL

BIDANG PTKP
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Islamic Association Of University Students
KOMISARIAT TARBIYAH  WALISONGO SEMARANG
Office : Graha Bina Insani Lt. 2 Jl. Ringinsari II/06 Ngaliyan Semarang
(Email :hmi_fakta@yahoo.co.id Http//: hmimyinspiration.wordpress.com )
 

TERM OF REFERENCE (TOR)
DISKUSI  EKSTERNAL DAN LINTAS OKP DI LINGKUNGAN IAIN WALISONGO SEMARANG YANG DISELENGGARAKAN
OLEH HMI KOMISARIAT TARBIYAH
“POLEMIK KENAIKAN HARGA BBM”
(DALAM HEGEMONI, KAPITALISME, ELITIS POLITIK SERTA MAHASISWA SEBAGAI AGEN OF CONTROL SOSIAL)
A. Latar belakang
Isu kenaikan BBM yang direncanakan pemerintah pada tanggal 1 april yang lalu telah menimbulkan ketegangan dan kepanikan masyarakat. Demo secara sporadis dilakukan di seluruh bagian Indonesia sebagai respon masyarakat atas rencana pemerintah tersebut. Karena bagaimanapun harga BBM, nafas rakyat tidak bisa senaknya saja dinaikan semntara pemerintah tak pernah berfikir visioner menciptakan sumber energi alternatif dan menyelamatkan cadangan energi kita selama 14 tahun terakhir ini. Lalu para mafia minyak, koruptor di partai, birokrat yang memakan anggaran kesejahteraan rakyat di biarkan begitu saja. Rakyat tidak bodoh, rakyat tahu bahwa kecendrungan yang terlihat dari keinginan penaikan BBM  semata-mata karena ketidakmampuan pemerintah keluar dari jebakan intervensi kapitalis asing yang ingin menghapus subsidi dan membiarkan harga BBM berjalan sesuai pasar.
Untuk itu di tengah perang politik dan kepentingan dalam arena kenaikan BBM menjadi bahan renungan bagi kita sebagai warga negara bangsa ini untuk menumbuhkan kritisme sosial dan politik transaksional. Tidak cukup memberikan penilaian dan penjelasan sebatas apa yang terlihat, karena dibalik panggung drama kenaikan BBM, ada intervensi politik jangka panjang yang sedang di-design para elit politik kita. Namun akhir-akhir ini, semakin sering digunakan jargon anarki untuk menunjukan ketidakpuasan terhadap pemerintah. Memang secara etimologi, bila pemerintah yang sah gagal menjaga ketertiban umum, bila undang-undang tak lagi bermakna, bila peraturan seakan-akan tak pernah ada, bila ketertiban hanya merupakan masa lalu, atau bila kekacauan merupakan sesuatu yang dapat ditemukan di mana-mana, maka istilah anarki menjadi istilah yang sah saja untuk digunakan.
Keadaan ini jika dikaitan dengam tipologi posisi kecendekiawan, menurut Gramsci akan tampak sebagai berikut: Gramsci menbagi cendekiawan menjadi empat tipologi yaitu (1) Cendekiawan Tradisional, yang menjadi penyebar ide dan mediator antara massa rakyat dengan kelas atasnya; (2) cendekiawan Organik, yang dengan badan penelitian dan kajian yang dimilikinya berusaha memberi refleksi atas keadaan, tetapi biasanya terbatas hanya untuk kepentingan kelompoknya sendiri; (3) Cendekiawan Kritis, adalah kelompok yang mampu melepaskan diri dari hegemoni penguasaan elit penguasa yang sedang memerintah dan mampu memberikan pendidikan alternatif bagi proses pemerdekaan; dan (4) Cendekiawan universal, yang selalu memperjuangkan proses peradaban dab struktur budaya dalam rangka memanusiakan manusia agar harkat dan martabatnya dihormati.
Yang menjadi persoalan sekarang, tipe cendekiawan mana yang hendak lebih dikembangkan? Tentu saja tidak mudah menjawab pertanyaan ini, lebih-lebih apabila kehendak menjatuhakan pilihan tersebut semata-mata didasarkan pada harapan bukannya kenyataan. Karena ketika berbicara tentang demokrasi, sering kali kita terbentur pada kenyataan di lapangan. Mengapa setelah melaksanakan demokrasi prosedural, kondisi Indonesia  tak kunjung sembuh? Ini adalah pertanyaan penting ketika mendengar pujian yang dilontarkan  seiring berjalannya praktek pemerintahan di era SBY. Kiranya sudah banyak sekali  diskusi diadakan  utuk mencari jawaban. Maka pertanyaan-pertanyaan penting ini butuh segera jawabannya di saat kita ada pada kegembiraan merayakan pesta “DEMOKRASI” di Indonesia yang banyak mendapat capaian-capaian dahsyat, disamping itu juga pencapaian yang memalukan.
Melihat itu, pemerintah umumnya cenderung menutupi segala problematika baik intern maupun ekstern tentang bagaimana sistematika kebijakan yang ada. Meraka yang dulunya menggembor-gemborkan demokrasi, namun apakah arti dari demokrasi itu. Benarkah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, atau sudah mengalami distorsi orientasi menjadi dari rakyat, oleh golongan dan untuk pribadi. Ini yang sedang kami pertanyakan bagi negeri kami. Dimanakah demokrasi kita? Seperti apakah demokrasi yang ideal? Demokrasi yang mampu menjawab dari setiap nalar kritis mahasiswa. Dimana mahasiswa mampu mengaktualisasikan darinya dalam berbagai kegiatan dan kebijakan disamping bergulat dengan dunia keilmuan yang ditekuninya.
Hal itu ditinjukan demi memantapkan status yang dimilikinya sebagai agen sosial dan agen perubahan. Sejarah telah mencatat bagaimana sepak terjang mahasiswa sebagai garda terdepan perubahan di negeri ini. Sebagai contoh bisa kita lihat bagaimana perjuangan mahasiswa/pemuda dalam merebut kemerdekaan dan dalam era reformasi. Hal tersebut dikarenakan perjuangan mahasiswa terorganisir dengan apik dan mempunyai kesamaan visi dan misi. Sehingga mempunyai arah perjuangan yang jelas yaitu demi republik tercinta ini.
Namun sayangnya demokrasi mahasiswa pasca reformasi ini mengalami pergeseran yang sangat signifikan. Arah pergerakannya terkontaminasi dengan berbagai kepentingan yang meliputinya. Sehingga arah perjuangannya menjadi biasa dan terkotak-kotak sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Sebagai mahasiswa yang memiliki dua status, sebagai agen perubahan dan agen kontrol sosial kita harus berfikir kritis. Karena se-awam apapun kita, bila mnyangkut kehidupan kita di masa depan dipertahankan, kita harus mulai bisa mencerna dengan baik. Kenapa tiba-tiba harga BBM tidak jadi dinaikan? Benarkah penundaan kenaikan harga BBM ini benar-benar berorientasi pada kepentingan rakyat? Atau hanya permainan politik yang ada untuk merenmgkuh kemenangan pada pemilu mendatang? Apa sebenarnya arti dibalik polemik BBM ini?
Berangkat dari keperihatinan ini maka bidang PTKP HMI Komisariat Tarbiyah ingin memberikan sumbangsi melalui kegiatan Diskusi eksternal dan lintas OKP di Lingkungan IAIN Walisongo Semarang. Dalam rangka menformat kembali demokrasi yang ideal yang mampu memberikan kenyamanan bagi setiap elemen masyarakat  yang  tidak hanya bagi kepentingan masing-masing golongan sebagai arah perjuangan mahasiswa sebagai agen control social dan agen perubahan. Dengan tema POLEMIK KENAIKAN HARGA BBM”.

B. Tema
Dalam acara diskusi ini kami mengambil tema ” Polemik Kenaikan Harga BBM

C. Maksud dan Tujuan
  1. Merefleksikan status mahasiswa sebagai agen kontrol sosial dan agen perubahan.
  2. Memformat kembali demokrasi yang ideal yang jauh dari kepentingan pribadi/ golongan.
  3. Menelaah kondisi Indonesia.
  4. Membangun soliditas antar OKP di lingkungan IAIN Walisongo Semarang.
  5. Mempererat hubungan silaturahmi antar OKP.

D. Out put / Manfaat Kegiatan
  1. Terefleksikannya status sebagai agen kontrol sosial dan agen perubahan dalam diri mahasiswa.
  2. Terwujudnya demokrasi yang ideal bagi setiap elemen masyarakat.
  3. Mengetahui bagaimana kondisi OKP di lingkungan IAIN Walisongo Semarang.
  4. Terbangunnya soliditas antar OKP di lingkungan Walisongo Semarang.
E. Pelaksanaan
     Kegiatan ini dilaksanakan pada :
     Hari            : Rabu
    Tanggal       : 18 april 2012
    Waktu         : 16.30 WIB
    Tempat        : Graha Bina Insani lt.II Jl. Ringinsari II/06 Ngalian Semarang

F. Penyelenggara
Kegiatan ini diselenggarakan oleh bidang PTKP HMI Komisariat Tarbiyah

G. Bentuk Kegiatan
Kegiatan berbentuk Diskusi Interaktif antara pembicara dan peserta.

H. Sasaran Kegiatan
Kader OKP di lingkungan IAIN Walisongo Semarang.

I. Peserta, Pembicara, Moderator.
a.       Peserta. Peserta Diskusi adalah seluruh kader OKP di lingkungan IAIN Walisongo Semarang dan undangan.
b.      Pembicara. Pembicara diskusi yaitu:
1.      Ketua Umum HMI Kom. Tarbiyah, M. Chaezam.
2.      Ketua Umum PMII Rayon Tarbiyah, M. Busro Asmuni.
3.      Formatur CDIS, Ahmad Yusuful Adami.
4.      Direktur srikandi, Malikhah.
c.       Moderator : M. Nur Fadli

J. Artikel
            Pembicara membuat artikel yang relevan dengan ketentuan sebagai berikut:
1.      Tema artikel dibagi menjadi 4, yaitu:
1)      HMI Kom. Tarbiyah “Polemik kenaikan harga BBM, ditinjau dari segi Kapitalisme.”
2)      PMII rayon Tarbiyah “Polemik kenaikan harga BBM, ditinjau dari segi Hegemoni”
3)      CDIS “Polemik kenaikan harga BBM, ditinjau dari segi Elitis Politik ”
4)      Srikandi “Polemik kenaikan harga BBM, ditinjau dari segi Mahasiswa Sebagai Agen Kontrol Sosial”
2.      Diketik rapi minimal 2 halaman kertas A4, 1,5 spasi, dikumpulkan hari selasa dalam bentuk softfile.
K. Penutup

Demikian term of reference ini kami buat sebagai acuan kegiatan yang dimaksud.

CP: Dewi muliana                   (085641243357)
















  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

“POLEMIK KENAIKAN HARGA BBM” DALAM TINJAUAN KAPITALISME


BIDANG PTKP
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Islamic Association Of University Students
KOMISARIAT TARBIYAH  WALISONGO SEMARANG
Office : Graha Bina Insani Lt. 2 Jl. Ringinsari II/06 Ngaliyan Semarang
(Email :hmi_fakta@yahoo.co.id Http//: hmimyinspiration.wordpress.com )
 

TERM OF REFERENCE (TOR)
DISKUSI  EKSTERNAL DAN LINTAS OKP DI LINGKUNGAN IAIN WALISONGO SEMARANG YANG DISELENGGARAKAN
OLEH HMI KOMISARIAT TARBIYAH
“POLEMIK KENAIKAN HARGA BBM”
(DALAM EKONOMI, KAPITALISME, ELITIS POLITIK SERTA MAHASISWA SEBAGAI AGEN OF CONTROL SOSIAL)
A. Latar belakang
       Banyak pertanyaan yang lantas terlontar, ketika terjadi kenaikan harga BBM. Pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sangat menarik dan tidak hanya pantas untuk diperdebatkan di berbagai kalangan elit politik.  Kenapa harga BBM bisa naik? Apakah benar hanya karena harga minyak dunia yang mulai merangkak naik? Atau ada faktor lain, entah faktor teknis atau faktor politis?Beberapa di antara kita tentu tidak mengerti benar tentang kenaikan harga BBM. Beberapa di antara kita hanya mengatakan, jika harga BBM naik, maka yang diuntungkan adalah pihak asing, sebab kondisi ini sebagai dampak dari ekonomi kapitalisme.
Naik turunnya BBM dianggap permainan politis pemerintah. Karena memperlihatkan para Presiden RI (setelah tahun 1965) yang “gemar” menaikkan harga minyak. Kebijakan mereka lebih dikarenakan oleh seruan IMF dan disinyalir terdapat “agen-agen IMF” di setiap pemerintahan. Liberalisasi semua sektor kehidupan ekonomi yang didengungkan IMF, secara bertahap dikerjakan oleh para pemimpin negeri ini. Dari privatisasi BUMN strategis, kebijakan dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah maupun Keputusan Presiden yang pro liberalis-kapitalis, hingga menistakan rakyat kecil dengan menjual bahan bakar untuk kebutuhan hidup dengan harga yang sulit dijangkau. Kondisi ini sungguh ironis dibanding dengan likuiditas ratusan triliun kepada perusahaan perbankan dan para penunggak pajak atau royalti hingga pencurian kekayaan emas di Freeport. Menjelang pemilu 2009 lalu juga pemerintah pernah menaikan BBM dan menurunkan kembali pada dekat-dekat menjelang pemilu yang hal tersebut mau tidak mau harus diakui sebagai salah satu penyebab naiknya pamor SBY dimata rakyat sehingga terpilihnya SBY menjadi presiden.
Berbagai spekulasi bermunculan, tentu itu menjadi hak rakyat untuk berpendapat, sebagai apresiasi tehadap Negeri demokratis terbesar ketiga di dunia. Namun, disaat kita berbicara demokrasi tentu apalah arti demokrasi tanpa kekayaan? Di indonesia ekonomi-politik liberal jelas ditentang kuat oleh konstitusi kita. Hal tersebut karena dapat menghancurkan ekonomi-politik kelas menengah, kecil dan kooperasi. Terlebih karena liberal hanya memenangkan para pemodal raksasa korporatokrasi.
Menurut Steven Hiat, prestasi terbesar ekonomi liberal adalah menghancurkan negara-negara postkolonial dengan ramuan demokrasi liberal dan pengambilan SDA sebagai ganti ketidakmampuan negara postkolonial membayar membayar hutangnya. Lalu kemudian terjadilah peningkatan pengangguran, kemiskinan dan konflik takberkesudahan. Beban hutang meningkat, kwalitas hidup menurun sehingga masa depan pendidikan, kesehatan, perumahan tidak jelas.
Dalam cacatan prasetyantoko (2011), ekonomi yang bertumpu pada pasar liberal memiliki empat paradoks. Pertama, paradok pertumbuhan. Negara kita saat ini, mengalami pertumbuhan tetapi tidak mengalami kesejahteraan. Sebaliknya, hanya menghasilkan kesenjangan warga negara. Kedua, paradok daya saing. Kita memiliki SDA dan SDM tetapi index daya saing kita tidak meningkat (rangking ke 44 tahun 2011). Ketiga, paradok sektor usaha. Kita memiliki UKMK, hebatnya mereka menjadi tulang punggung kemandirian tetapi menjadi anak tiri perbankan. Keempat, paradok likuiditas. Kita memiliki likuiditas perbankan yang besar dan luas tetapi  bunganya mencekik (12-14%). Padahal likuiditas berlimpah Perbankan kita tidak terlalu jauh dari mata pencaharian warga negara, akhirnya ekonomi survival “besok kita makan apa?” dihancurkan oleh bisnis konglomerasi yang berorasi dengan logika “ besok makan siapa?”.
Kini semakain jelas apa yang merusak tatanan kehidupan bangsa Indonesia akhir-akhir ini, yaitu arus kapitalisme yang terus-menurus menggerogoti bangsa ini. Istilah bensin atau premium, adalah salah satu jenis BBM yang diproduksi oleh AS yang dibeli oleh pertamina karena pada awal mulanya pertamina belum mampu untuk mengolah minyak mentah menjadi BBM karena keterbatasan teknologi pada saat itu. Tetapi saat ini pertamina sedikit demi sedikit sudah mulai dapat mengolah minyak mentah menjadi BBM dengan istilah pertamax yang dikenal saat ini.
 Harga minyak mentah dunia relatif sama. Biaya proses produksi mulai dari bahan dasar minyak mentah menjadi minyak jadi yang langsung dapat dikonsumsi oleh pengguna, itu yang menjadi patokan harga BBM kepada rakyat. Disinilah kelicikan ulah kaum intelektual dan pejabat-pejabat 'boneka-boneka AS' dalam menggelontorkan subsidi hanya untuk Premium tetapi tidak pada Pertamax, dengan maksud agar harga Premium lebih murah dan dapat bersaing dengan Pertamax. Dan kalau pemerintah masih terus bersikukuh hanya untuk mensubsidi Premium, itu sama saja makin menggemukkan Asing.
Karena Bagaimana pun harga BBM, nafas rakyat,tidak bisa seenaknya dinaikkan sementara pemerintah tak pernah berpikir visioner menciptakan sumber energi alternatif dan menyelamatkan cadangan energi kita selama 14 tahun terakhir ini. Lalu para mafia minyak, koruptor di partai, birokrat, yang memakan anggaran kesejahteraan rakyat dibiarkan begitu saja. Rakyat tidak bodoh,rakyat tahu bahwa Kecenderungan yang terlihat dari keinginan penaikan BBM semata-mata karena ketidakmampuan pemerintah keluar dari jebakan intervensi kapitalis asing yang ingin menghapus subsidi dan membiarkan harga BBM berjalan sesuai harga pasar. Untuk itu ditengah Perang politik dan kepentingan dalam arena kenaikan harga BBM menjadi bahan renungan kita sebagai warga Negara bangsa ini untuk menumbuhkan kritisisme sosial dan politik di tengah politik transaksional. Tidak cukup memberikan penilaian dan penjelasan sebatas apa yang terlihat, karena di balik panggung drama kenaikan BBM, ada investasi politik jangka panjang yang sedang di-design para elit politik kita.
Kita harus berfikir kritis. Karena se-awam apapun kita, bila menyangkut kehidupan kita di masa depan dipertahankan, kita harus mulai bisa mencerna dengan baik. Kenapa tiba-tiba harga BBM tidak jadi dinaikan? Benarkah penundaan kenaikan harga BBM ini benar-benar berorientasi pada kepentingan rakyat? Apa sebenarnya arti dibalik polemik BBM ini?
Berangkat dari keperihatinan ini maka bidang PTKP HMI Komisariat Tarbiyah ingin memberikan sumbangsi melalui kegiatan Diskusi eksternal dan lintas OKP di Lingkungan IAIN Walisongo Semarang. Dalam rangka menformat kembali demokrasi yang ideal yang mampu memberikan kenyamanan bagi setiap elemen masyarakat kampus  yang  tidak hanya bagi kepentingan masing-masing golongan sebagai arah perjuangan mahasiswa sebagai agen control social dan agen perubahan. Dengan tema POLEMIK KENAIKAN HARGA BBM”.

B. Tema
Dalam acara diskusi ini kami mengambil tema ” Polemik Kenaikan Karga BBM

C. Maksud dan Tujuan
  1. Merefleksikan status mahasiswa sebagai agen kontrol sosial dan agen perubahan.
  2. Memformat kembali demokrasi yang ideal yang jauh dari kepentingan pribadi/ golongan.
  3. Menelaah kondisi Indonesia.
  4. Membangun soliditas antar OKP di lingkungan IAIN Walisongo Semarang.
  5. Mempererat hubungan silaturahmi antar OKP.

D. Out put / Manfaat Kegiatan
  1. Terefleksikannya status sebagai agen kontrol sosial dan agen perubahan dalam diri mahasiswa.
  2. Terwujudnya demokrasi yang ideal bagi setiap elemen masyarakat.
  3. Mengetahui bagaimana kondisi OKP di lingkungan IAIN Walisongo Semarang.
  4. Terbangunnya soliditas antar OKP di lingkungan Walisongo Semarang.

E. Pelaksanaan
     Kegiatan ini dilaksanakan pada :
     Hari            : Rabu
    Tanggal       : 18 April 2012
    Waktu         : 16.00 WIB
    Tempat        : Graha Bina Insani lt.II Jl. Ringinsari II/06 Ngalian Semarang

F. Penyelenggara
Kegiatan ini diselenggarakan oleh bidang PTKP HMI Komisariat Tarbiyah

G. Bentuk Kegiatan
Kegiatan berbentuk Diskusi Interaktif antara pembicara dan peserta.

H. Sasaran Kegiatan
Kader OKP di lingkungan IAIN Walisongo Semarang.

I. Peserta, Pembicara, Moderator.
a.       Peserta. Peserta Diskusi adalah seluruh kader HMI di lingkungan Korkom Walisongo Semarang.
b.      Pembicara. Pembicara diskusi yaitu:
1.      Ketua Umum HMI Kom. Tarbiyah, M. Chaezam.
2.      Ketua Umum PMII Rayon Tarbiyah, M. Busro Asmuni.
3.      Formatur CDIS, Ahmad Yusuful Adami.
4.      Direktur srikandi, Malikhah.
c.       Moderator : M. Nur fadli

J. Artikel
            Pembicara membuat artikel yang relevan dengan ketentuan sebagai berikut:
1.      Tema artikel dibagi menjadi 4, yaitu:
1)      HMI Kom. Tarbiyah “Polemik kenaikan harga BBM, ditinjau dari segi Kapitalusme”.
2)      PMII rayon Tarbiyah “Polemik kenaikan harga BBM, ditinjau dari segi Hegemoni”.
3)      Formatur  CDIS “Polemik kenaikan harga BBM, ditinjau dari segi Elitis Politik ”
4)      Srikandi “Polemik kenaikan harga BBM, ditinjau dari segi Mahasiswa Sebagai Agen kontrol sosial”
2.      Diketik rapi minimal 2 halaman kertas A4, 1,5 spasi, dikumpulkan hari selasa dalam bentuk softfile.
K. Penutup

Demikian term of reference ini kami buat sebagai acuan kegiatan yang dimaksud.

CP: Dewi muliana                   (085641243357)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0