BIDANG PTKP
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Islamic Association Of University
Students
KOMISARIAT TARBIYAH WALISONGO SEMARANG
Office : Graha Bina Insani Lt. 2
Jl. Ringinsari II/06 Ngaliyan Semarang
TERM OF REFERENCE (TOR)
DISKUSI EKSTERNAL DAN LINTAS OKP DI LINGKUNGAN IAIN WALISONGO SEMARANG
YANG DISELENGGARAKAN
OLEH HMI KOMISARIAT TARBIYAH
“POLEMIK KENAIKAN HARGA BBM”
(DALAM EKONOMI, KAPITALISME, ELITIS POLITIK SERTA
MAHASISWA SEBAGAI AGEN OF CONTROL SOSIAL)
A. Latar belakang
Banyak pertanyaan yang lantas terlontar,
ketika terjadi kenaikan harga BBM. Pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sangat
menarik dan tidak hanya pantas untuk diperdebatkan di berbagai kalangan elit
politik. Kenapa harga BBM bisa
naik? Apakah benar hanya karena harga minyak dunia yang mulai merangkak
naik? Atau ada faktor lain, entah faktor teknis atau faktor politis?Beberapa di
antara kita tentu tidak mengerti benar tentang kenaikan harga BBM. Beberapa di
antara kita hanya mengatakan, jika harga BBM
naik, maka yang diuntungkan adalah pihak asing, sebab kondisi ini sebagai
dampak dari ekonomi kapitalisme.
Naik
turunnya BBM dianggap permainan politis pemerintah. Karena memperlihatkan para
Presiden RI (setelah tahun 1965) yang “gemar” menaikkan harga minyak. Kebijakan
mereka lebih dikarenakan oleh seruan IMF dan disinyalir terdapat “agen-agen
IMF” di setiap pemerintahan. Liberalisasi semua sektor kehidupan ekonomi yang
didengungkan IMF, secara bertahap dikerjakan oleh para pemimpin negeri ini.
Dari privatisasi BUMN strategis, kebijakan dalam Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah maupun Keputusan Presiden yang pro liberalis-kapitalis, hingga
menistakan rakyat kecil dengan menjual bahan bakar untuk kebutuhan hidup dengan
harga yang sulit dijangkau. Kondisi ini sungguh ironis dibanding dengan
likuiditas ratusan triliun kepada perusahaan perbankan dan para penunggak pajak
atau royalti hingga pencurian kekayaan emas di Freeport. Menjelang pemilu 2009
lalu juga pemerintah pernah menaikan BBM dan menurunkan kembali pada
dekat-dekat menjelang pemilu yang hal tersebut mau tidak mau harus diakui
sebagai salah satu penyebab naiknya pamor SBY dimata rakyat sehingga
terpilihnya SBY menjadi presiden.
Berbagai spekulasi bermunculan,
tentu itu menjadi hak rakyat untuk berpendapat, sebagai apresiasi tehadap
Negeri demokratis terbesar ketiga di dunia. Namun, disaat kita berbicara
demokrasi tentu apalah arti demokrasi tanpa kekayaan? Di indonesia
ekonomi-politik liberal jelas ditentang kuat oleh konstitusi kita. Hal tersebut
karena dapat menghancurkan ekonomi-politik kelas menengah, kecil dan kooperasi.
Terlebih karena liberal hanya memenangkan para pemodal raksasa korporatokrasi.
Menurut Steven Hiat,
prestasi terbesar ekonomi liberal adalah menghancurkan negara-negara
postkolonial dengan ramuan demokrasi liberal dan pengambilan SDA sebagai ganti
ketidakmampuan negara postkolonial membayar membayar hutangnya. Lalu kemudian
terjadilah peningkatan pengangguran, kemiskinan dan konflik takberkesudahan.
Beban hutang meningkat, kwalitas hidup menurun sehingga masa depan pendidikan,
kesehatan, perumahan tidak jelas.
Dalam cacatan
prasetyantoko (2011), ekonomi yang bertumpu pada pasar liberal memiliki empat
paradoks. Pertama, paradok
pertumbuhan. Negara kita saat ini, mengalami pertumbuhan tetapi tidak mengalami
kesejahteraan. Sebaliknya, hanya menghasilkan kesenjangan warga negara. Kedua, paradok daya saing. Kita memiliki
SDA dan SDM tetapi index daya saing kita tidak meningkat (rangking ke 44 tahun
2011). Ketiga, paradok sektor usaha.
Kita memiliki UKMK, hebatnya mereka menjadi tulang punggung kemandirian tetapi
menjadi anak tiri perbankan. Keempat,
paradok likuiditas. Kita memiliki likuiditas perbankan yang besar dan luas
tetapi bunganya mencekik (12-14%).
Padahal likuiditas berlimpah Perbankan kita tidak terlalu jauh dari mata
pencaharian warga negara, akhirnya ekonomi survival
“besok kita makan apa?” dihancurkan oleh bisnis konglomerasi yang berorasi
dengan logika “ besok makan siapa?”.
Kini semakain jelas apa
yang merusak tatanan kehidupan bangsa Indonesia akhir-akhir ini, yaitu arus
kapitalisme yang terus-menurus menggerogoti bangsa ini. Istilah bensin atau
premium, adalah salah satu jenis BBM yang diproduksi oleh AS yang dibeli oleh
pertamina karena pada awal mulanya pertamina belum mampu untuk mengolah minyak
mentah menjadi BBM karena keterbatasan teknologi pada saat itu. Tetapi saat ini
pertamina sedikit demi sedikit sudah mulai dapat mengolah minyak mentah menjadi
BBM dengan istilah pertamax yang dikenal saat ini.
Harga minyak mentah
dunia relatif sama. Biaya proses produksi mulai dari bahan dasar minyak mentah
menjadi minyak jadi yang langsung dapat dikonsumsi oleh pengguna, itu yang
menjadi patokan harga BBM kepada rakyat. Disinilah kelicikan ulah kaum
intelektual dan pejabat-pejabat 'boneka-boneka AS' dalam menggelontorkan
subsidi hanya untuk Premium tetapi tidak pada Pertamax, dengan maksud agar
harga Premium lebih murah dan dapat bersaing dengan Pertamax. Dan kalau
pemerintah masih terus bersikukuh hanya untuk mensubsidi Premium, itu sama saja
makin menggemukkan Asing.
Karena
Bagaimana pun harga BBM, nafas rakyat,tidak bisa seenaknya dinaikkan sementara
pemerintah tak pernah berpikir visioner menciptakan sumber energi alternatif
dan menyelamatkan cadangan energi kita selama 14 tahun terakhir ini. Lalu para
mafia minyak, koruptor di partai, birokrat, yang memakan anggaran kesejahteraan
rakyat dibiarkan begitu saja. Rakyat tidak bodoh,rakyat tahu bahwa
Kecenderungan yang terlihat dari keinginan penaikan BBM semata-mata karena
ketidakmampuan pemerintah keluar dari jebakan intervensi kapitalis asing yang
ingin menghapus subsidi dan membiarkan harga BBM berjalan sesuai harga pasar. Untuk itu
ditengah Perang politik dan kepentingan dalam arena kenaikan harga BBM menjadi
bahan renungan kita sebagai warga Negara bangsa ini untuk menumbuhkan
kritisisme sosial dan politik di tengah politik transaksional. Tidak cukup
memberikan penilaian dan penjelasan sebatas apa yang terlihat, karena di balik
panggung drama kenaikan BBM, ada investasi politik jangka panjang yang sedang
di-design para elit politik kita.
Kita harus berfikir kritis. Karena se-awam apapun
kita, bila menyangkut kehidupan kita di masa depan dipertahankan, kita harus
mulai bisa mencerna dengan baik. Kenapa tiba-tiba harga BBM tidak jadi
dinaikan? Benarkah penundaan kenaikan harga BBM ini benar-benar berorientasi
pada kepentingan rakyat? Apa sebenarnya arti dibalik polemik BBM ini?
Berangkat
dari keperihatinan ini maka bidang PTKP HMI Komisariat Tarbiyah ingin
memberikan sumbangsi melalui kegiatan Diskusi eksternal
dan lintas OKP di Lingkungan IAIN Walisongo Semarang. Dalam rangka menformat kembali demokrasi yang
ideal yang mampu memberikan kenyamanan bagi setiap elemen masyarakat
kampus yang tidak hanya bagi kepentingan masing-masing
golongan sebagai arah perjuangan mahasiswa sebagai agen
control social dan agen perubahan. Dengan tema “POLEMIK KENAIKAN HARGA BBM”.
B. Tema
Dalam acara diskusi ini kami mengambil
tema ” Polemik Kenaikan Karga BBM”
C. Maksud dan Tujuan
- Merefleksikan status mahasiswa sebagai agen kontrol sosial dan agen perubahan.
- Memformat kembali demokrasi yang ideal yang jauh dari kepentingan pribadi/ golongan.
- Menelaah kondisi Indonesia.
- Membangun soliditas antar OKP di lingkungan IAIN Walisongo Semarang.
- Mempererat hubungan silaturahmi antar OKP.
D. Out put / Manfaat Kegiatan
- Terefleksikannya status sebagai agen kontrol sosial dan agen perubahan dalam diri mahasiswa.
- Terwujudnya demokrasi yang ideal bagi setiap elemen masyarakat.
- Mengetahui bagaimana kondisi OKP di lingkungan IAIN Walisongo Semarang.
- Terbangunnya soliditas antar OKP di lingkungan Walisongo Semarang.
E. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 18 April 2012
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Graha Bina Insani lt.II Jl.
Ringinsari II/06 Ngalian Semarang
F. Penyelenggara
Kegiatan ini
diselenggarakan oleh bidang PTKP HMI Komisariat Tarbiyah
G. Bentuk Kegiatan
Kegiatan berbentuk
Diskusi Interaktif antara pembicara dan peserta.
H. Sasaran Kegiatan
Kader OKP di lingkungan
IAIN Walisongo Semarang.
I. Peserta, Pembicara, Moderator.
a.
Peserta. Peserta Diskusi adalah seluruh kader HMI di lingkungan Korkom
Walisongo Semarang.
b.
Pembicara.
Pembicara diskusi yaitu:
1.
Ketua Umum
HMI Kom. Tarbiyah, M. Chaezam.
2. Ketua Umum PMII Rayon Tarbiyah, M. Busro Asmuni.
3.
Formatur CDIS,
Ahmad Yusuful Adami.
4.
Direktur
srikandi, Malikhah.
c.
Moderator : M. Nur fadli
J. Artikel
Pembicara membuat artikel yang relevan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Tema artikel dibagi menjadi 4,
yaitu:
1) HMI Kom. Tarbiyah “Polemik
kenaikan harga BBM, ditinjau dari segi Kapitalusme”.
2) PMII rayon Tarbiyah “Polemik
kenaikan harga BBM, ditinjau dari segi Hegemoni”.
3) Formatur CDIS “Polemik kenaikan harga BBM, ditinjau
dari segi Elitis Politik ”
4) Srikandi “Polemik kenaikan
harga BBM, ditinjau dari segi Mahasiswa Sebagai Agen kontrol sosial”
2. Diketik rapi minimal 2 halaman
kertas A4, 1,5 spasi, dikumpulkan hari selasa dalam bentuk softfile.
K. Penutup
Demikian term of
reference ini kami buat sebagai acuan kegiatan yang dimaksud.
CP: Dewi
muliana (085641243357)
0 komentar:
Posting Komentar